Siswa bertumbuh dan berkembang baik secara intelektual, fisik, juga emosional di dalam kelas. Oleh sebab itu, kelas harus menjadi taman belajar yang nyaman bagi siswa. Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan interaksi belajar mengajar yang efektif. Jika demikian, maka tujuan pembelajaran pun akan tercapai tanpa kendala berarti. Tanpa sadar, ruang kelas memberikan pengaruh besar bagi siswa dalam keefektifan penyampaian materi. Misalnya, jika temperatur ruangan terlalu dingin atau panas, kemudian sistem ventilasi kurang baik tentu akan mengganggur konsentrasi siswa. Bahkan, segala perabotan penunjang belajar harus ditata dengan sebaik mungkin agar perhatian siswa dapat terpusat pada pelajaran. Tata letak media peraga yang kurang sesuai tempatnya akan menghalangi pandangan siswa sehingga fokus siswa bisa teralih. Apabila ingin menciptakan suasana belajar yang kondusif serta nyaman, Bapak/Ibu perlu memerhatikan pengaturan tata letak ruang kelas. Bagaimana caranya? Kelas harus dikelola agar suasana belajar juga menjadi lebih kondusif. Memiliki cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, tidak lembab, rapi, bersih, dan seluruh perabot ditata dengan baik. Selain itu, pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan pengaturan denah duduk siswa. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam tata kelola kelas diantaranya 1. Visibility Keleluasaan Pandangan Barang-barang di dalam kelas sebaiknya ditempatkan dengan baik agar tidak mengganggu pandangan siswa. Siswa akan lebih leluasa dalam menatap ke arah guru, papan tulis, media belajar, dan sebagainya. Begitu juga dengan guru, harus dapat memandang seluruh siswa sepanjang kegiatan belajar mengajar. 2. Accesibility mudah dicapai Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk mengambil segala barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu, jarak antar tempat duduk harus cukup dilalui oleh siswa sehingga dapat bergerak dengan mudah. Juga, siswa lain yang sedang fokus tidak merasa terganggu. 3. Fleksibilitas Keluwesan Menyesuaikan agar barang dalam kelas mudah ditata dan dipindahkan sesuai kegiatan pembelajaran. Misalnya, penataan tempat duduk yang diubah sewaktu-waktu jika proses belajar menggunakan metode diskusi dan kerja kelompok. 4. Kenyamanan Baik dari temperatur ruangan, tidak terlalu panas, dingin, juga lembab. Sinar cahaya yang cukup, tidak gelap, juga terlalu terang. Ketenangan dalam dan sekitar kelas juga perlu dikontrol, karena suara berpengaruh pada fokus siswa. 5. Keindahan Ruang kelas dibuat semenyenangkan mungkin agar kondisi belajar bisa kondusif. Misalnya, memajang hasil karya siswa di kelas. Ruangan kelas yang nyaman dapat memberikan pengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa. Foto Pengelolaan denah duduk siswa juga bisa mempengaruhi suasana belajar. Jika biasanya denah yang digunakan adalah tradisional, yaitu semeja dua orang, maka perlu dilakukan variasi. Berikut ada beberapa jenis penataan denah tempat duduk siswa yang dapat dicoba. Model U Formasi dengan bentuk huruf U dapat meningkatkan keaktifan siswa, sehingga mereka jadi lebih antusias mengikuti pelajaran. Dalam hal ini, Bapak/Ibu adalah sosok yang paling aktif dengan bergerak ke segala arah dan langsung berinteraksi dengan siswa. Meja konferensi Formasi denah ini sangat baik digunakan dalam metode belajar debat. Dengan demikian, seluruhnya dapat bertatap muka mengemukakan dan menyanggah pendapat. Corak tim Dengan denah demikian, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran. Ini memungkinkan guru berinteraksi dengan setiap tim lebih mudah. Bapak/Ibu dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja agar suasana jadi lebih akrab. Siswa juga bisa memutar kursi secara melingkar menghadap ke depan kelas untuk melihat guru dan papan tulis. Auditorium Ini merupakan formasi alternatif dalam menyusun denah duduk siswa. Bentuk denah ini memang membuat ruang gerak jadi lebih terbatas untuk belajar aktif. Tapi tidak ada salahnya dicoba demi mengurangi kebosanan siswa. Dengan formasi ini, Bapak/Ibu dapat membuat bentuk pelajaran ala auditorium untuk bangun hubungan yang lebih erat. Lingkaran Pada formasi ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi satu sama lain. Model ini cocok untuk berdiskusi kelompok. Susunan Chevron Denah ini bisa sangat membantu untuk mengurangi jarak antarsiswa, maupun siswa dengan guru. Siswa dan Bapak/Ibu jadi punya pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas. Formasi ini memberi sudut pandang baru bagi siswa, sehingga proses kegiatan belajar dapat dijalani dengan antusias, fokus, sekaligus menyenangkan. Ada beberapa hal yang perlu diingat perihal penataan tempat duduk siswa. Sebaiknya Bapak/Ibu mempertimbangkan karakteristik dari setiap siswa dilihat dari aspek psikologis, kecerdasan, dan biologisnya. Bukan hanya berdasarkan metode belajar yang ingin digunakan saja. Metode belajar yang menyenangkan bisa siswa dapatkan di Ruangguru loh, yaitu melalui ruangbelajar. Ada video dan latihan soal, jadi jangan lupa untuk merekomendasikan ruangbelajar ya guru. Selamat mencoba! TN
Kenyamandalam belajar di ruang kelas merupakan salah satu faktor interen yang harus ditanggapi oleh Kepala Sekolah, Guru, Stap sekolah maupun siswa itu sendiri. Seperti pengaturan tempat duduk siswa yang kurang mampu duduk di depan dan yang mampu duduk di belakang sehingga kita sebagai guru bisa mengoptimalkan belajar yang kurang mampu dan
Abstrak Artikel ini membahas bagaimana pengelolaan kelas terhadap penataan posisi tempat duduk yang dapat mempengaruhi perilaku peserta didik yang sering berjalan-jalan di kelas. Pengaturan tempat duduk merupakan salah satu hal terpenting karena adanya tatap muka antara peserta didik dan guru didalam kelas. Tatap muka ini digunakan agar guru dapat mengontrol dan mengawasi setiap perilaku siswa-siswa didalam kelas sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan efektif. Metode yang digunakan untuk mengetahui peserta didik yang mengalami masalah dalam ketahanan duduknya digunakan metode observasi dan kuesioner. Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh penataan posisi tempat duduk terhadap ketahanan duduk peserta didik yang diharapkan dapat mengurangi perilaku peserta didik yang sering berjalan-jalan didalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SD Negeri yang berada di Padang, Sumatera Barat. Penelitian ini dalam pelaksanaannya diorientasikan pada peserta didik kelas satu. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa setelah peserta didik diberikan program penataan posisi tempat duduk, peserta didik mengalami perubahan namun dalam perubahan tersebut belum bersifat signifikan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free EduHumaniora Jurnal Pendidikan Dasar p-ISSN 2085-1243 e-ISSN 2579-5457 Vol. 12 Juli 2020 Hal 125-130 Mardiyah, Dewi, Safaruddin, Almanawara Posisi Tempat Duduk terhadap Ketahanan Duduk Peserta Didik dalam Pembelajaran 125 PENGARUH PENATAAN POSISI TEMPAT DUDUK TERHADAP KETAHANAN DUDUK PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN Safaruddin, Ainul Mardiyah, Rahmah Sari Dewi, Agmi Almanawara1,2,3,4 Universitas Negeri Padang Abstract This article discusses how classroom management of seating arrangements could affect the behavior of students who often walk around in class. Seating arrangements were one of the most important things because of the presence of face-to-face meetings between students and teachers in the classroom. This face-to-face was used so that the teacher can control and supervise every behavior of the students in the classroom so that the learning process can run well and effectively. The method used to find out students who experience problems in sitting resilience used observation and questionnaire methods. This research was qualitative in nature which aims to explain how the influence of arrangement of seat position on the resilience of students is expected to reduce the behavior of students who often take a walk in the classroom when the learning process takes place. This research was conducted in one of the Public Elementary Schools in Padang, West Sumatra. This research in its implementation was oriented to first grade students. The results of this study state that after students were given a seating position structuring program, students experience change but the changes have not been significant Keyword seating position, sitting resistance Abstrak Artikel ini membahas bagaimana pengelolaan kelas terhadap penataan posisi tempat duduk yang dapat mempengaruhi perilaku peserta didik yang sering berjalan-jalan di kelas. Pengaturan tempat duduk merupakan salah satu hal terpenting karena adanya tatap muka antara peserta didik dan guru didalam kelas. Tatap muka ini digunakan agar guru dapat mengontrol dan mengawasi setiap perilaku siswa-siswa didalam kelas sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan efektif. Metode yang digunakan untuk mengetahui peserta didik yang mengalami masalah dalam ketahanan duduknya digunakan metode observasi dan kuesioner. Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh penataan posisi tempat duduk terhadap ketahanan duduk peserta didik yang diharapkan dapat mengurangi perilaku peserta didik yang sering berjalan-jalan didalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SD Negeri yang berada di Padang, Sumatera Barat. Penelitian ini dalam pelaksanaannya diorientasikan pada peserta didik kelas satu. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa setelah peserta didik diberikan program penataan posisi tempat duduk, peserta didik mengalami perubahan namun dalam perubahan tersebut belum bersifat signifikan. Kata Kunci Posisi tempat duduk, Ketahanan duduk Universitas Negeri Padang, Email safaruddin0366 Universitas Negeri Padang, Email mardiyahainul355 Universitas Negeri Padang, Email rahmahsari922 Universitas Negeri Padang, Email Agmialmanawara 126 EduHumaniora Vol. 12 No. 2, Juli 2020 PENDAHULUAN Pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran sangat diperlukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan dapat berlangsung dengan nyaman. Bagi sebagian peserta didik penataan tempat duduk merupakan hal yang sangat berpengaruh ketika belajar, masing-masing peserta didik memiliki kenyamanan tersendiri agar peserta didik memiliki ketahanan duduk dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Pengaturan tempat duduk didalam kelas juga dapat mempengaruhi kinerja peserta didik tersebut. Sebagian peserta didik lebih dapat dengan mudah menerima pelajaran ketika mereka duduk dibangku depan, sebagian peserta didik lainnya lebih nyaman menerima pelajaran ketika mereka duduk dibangku bagian tengah dan belakang maupun menggunakan model tempat duduk setengah lingkaran. Guru sebagai seorang pendidik harus mampu menata lingkungan fisik kelas dengan baik. Melalui penataan kelas yang tepat maka akan tercipta suasana belajar yang kondusif, selain itu siswa juga akan mendapat dorongan dan rangsangan untuk lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Penataan lingkungan fisik kelas dapat berupa penataan tempat duduk Lestari, dkk, 2017. Sejalan dengan hal itu Richards 2012 mengatakan bahwa untuk menghidupkan ruang kelas dengan antusiasme dan pembelajaran diperlukan guru yang berbakat dalam menghasilkan suasana yang dapat membuat peserta didik menjadi lebih baik dan fokus, sehingga peserta didik dapat fokus dalam mengerjakan tugasnya dan dapat tenang. Ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian mengenai penataan tempat duduk. Penelitian lain melaksanakan studi yang berfokus terutama pada hubungan langsung antara pengaturan dan perilaku peserta didik. Pengaturan tempat duduk tradisional bermakna bagi pengaturan ruang kelas dan menjadi komponen kunci untuk perilaku peserta didik karena mempengaruhi kinerja kelas, tetapi ada permasalahan dimana untuk meningkatkan efektivitas desain ruang kelas tersebut khususnya yang berkaitan dengan pengaturan tempat duduk harus dilakukan studi lebih lanjut tentang pengaruh latar belakang budaya peserta didik Haghighi & Jusan, 2012. Penelitian yang dilakukan Mansyur 2013 menyatakan hasil pengujian hipotesis diperoleh bukti bahwa rata-rata skor hasil belajar Statistik Pendidikan mahasiswa yang duduk diposisi depan secara signifikan lebih tinggi dari pada rata-rata skor hasil belajar Statistik Pendidikan mahasiswa yang duduk diposisi belakang. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum 2017 mendapatkan hasil dari SD Negeri yang berada di Kecamatan Talun, dari ke empat SD yang ada, peneliti mengambil hasil dari SD Negeri 3 Talun bahwa tingkat prestasi belajar peserta didik yang duduk diposisi depan memiliki tingkat prestasi belajar sedang, sedangkan pada peserta didik yang duduk di posisi tengah mendapatkan tingkat prestasi belajar sedang dan rendah, dan untuk peserta didik di posisi duduk dibelakang mendapatkan tingkat prestasi belajar yang sedang. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pengelolaan kelas berupa pengaturan posisi tempat duduk terhadap peserta didik yang mengalami Attention problems/ Inatensivitas yang menyebabkan ia memiliki perilaku sering berjalan-jalan saat pembelajaran di kelas. Peneliti mengamati bahwa salah satu penyebab peserta didik memiliki perilaku sering berjalan-jalan di kelas tersebut dikarenakan peserta didik ditempatkan diposisi duduk paling belakang sehingga peserta didik tidak fokus dalam belajar. Mardiyah, Dewi, Safaruddin, Almanawara Posisi Tempat Duduk terhadap Ketahanan Duduk Peserta Didik dalam Pembelajaran 127 Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian berupa pemindahan posisi tempat duduk peserta didik ke depan, yang bertujuan agar peserta didik lebih fokus dalam pembelajaran dan dapat mengurangi perilaku berjalan-jalannya didalam kelas tersebut. TINJUAN PUSTAKA Belajar merupakan salah satu aktivitas yang memerlukan konsentrasi ataupun pemusatan perhatian yang baik sehingga peserta didik mampu menerima pembelajaran, namun dalam hal ini terdapat peserta didik yang tidak memiliki konsentrasi yang baik atau mengalami gangguan pemusatan perhatian yang sering disebut attention problems atau inatensivitas. Pada peserta didik yang mengalami gangguan pemusatan perhatian attention problems /immaturity memiliki perilaku seperti konsentrasi yang jelek, sering bingung dan implusif Sumekar, 2009. Sedangkan pada peserta didik inatensivitas menunjukkan tidak adanya perhatian atau tidak menyimak dalam pembelajaran. Penderita mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapinya. Berikut ciri-ciri peserta didik yang mengalami inatensivitas a gagal menyimak hal yang rinci, b kesulitan bertahan pada satu aktivitas, c tidak mendengarkan sewaktu diajak berbicara, d sering tidak mengikuti instruksi, e kesulitan mengatur jadwal tugas dan kegiatan, f sering menghindar dari tugas, g sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk tugas, h sering beralih perhatian oleh stimulus dari luar, dan i sering lupa dalam kegiatan sehari-hari Marlina, 2011. Pemusatan perhatian merupakan hal yang tidak bisa diabaikan didalam kegiatan pembelajaran, karena tanpa adanya pemusatan perhatian di dalam kegiatan pembelajaran maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak dapat berjalan secara optimal Sukmawati, 2012. Salah satu akibat dari attention problems/inatensivitas ialah peserta didik sering menunjukkan perilaku seperti tidak mendengarkan guru saat pembelajaran dan sering berjalan-jalan di kelas. Supaya pembelajaran dapat berjalan lebih baik dan efektif, maka perlu dilakukannya penataan kelas. Penataan kelas merupakan cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan akademis dan sosial Luwesty, Syaiful, & Ekwandari, 2017. Penataan tempat duduk menjadi salah satu pengelolaan kelas yang mudah dilakukan karena tidak memakan waktu yang lama. Penataan tempat duduk memberikan efek yang cukup besar dibandingkan penataan fisik kelas lainnya. Penataan tempat duduk berpengaruh terhadap jumlah waktu yang digunakan peserta didik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Luwesty et al., 2017. Pengaturan tempat duduk merupakan salah satu hal yang terpenting karena adanya tatap muka antara peserta didik dan guru didalam kelas. Melalui tatap muka tersebut maka guru mampu mengontrol dan mengawasi setiap perilaku siswa-siswa didalam kelas Pangastuti et al., 2017. Hal ini juga dapat diketahui pengaturan tempat duduk yang buruk dapat memengaruhi belajar peserta didik, jadi dengan memodifikasi pengaturan tempat duduk yang sesuai dan tepat dapat menjadi metode yang sangat bagus untuk mengurangi perilaku gangguan yang memengaruhi lingkungan kelas Haghighi & Jusan, 2012. 128 EduHumaniora Vol. 12 No. 2, Juli 2020 METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di salah satu SDN yang berada di kota Padang, Sumatera Barat. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari hingga April 2019, adapun pelaksanaan program dilakukan selama kurang lebih satu minggu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penataan posisi tempat duduk terhadap ketahanan duduk peserta didik. Pelaksanaan program dilakukan sebanyak satu kali, dimana peneliti dibantu oleh wali kelas untuk mendapatkan informasi mengenai hasil pelaksanaan program yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu dilakukan wawancara terhadap guru wali kelas sesudah pemberian program pada peserta didik. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik yang diidentifikasi mengalami gangguan perilaku berupa sering berjalan-jalan di kelas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Identifikasi Masalah Pada tahap ini dilakukan pengumpulan berbagai informasi tentang peserta didik yang memiliki hambatan perilaku berupa sering berjalan-jalan di dalam kelas. Proses pengumpulan informasi didapat dari wawancara yang dilakukan terhadap guru dan kuesioner yang dilakukan kepada siswa-siswi yang berada di kelas satu. Dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan bahwa 1 sistem penataan tempat duduk yang terdapat di dalam kelas ialah formasi tradisional baris dan kolom; 2 peserta didik yang mengalami hambatan perilaku memiliki posisi duduk di barisan belakang. Permasalahan yang ada 1 peserta didik kurang fokus dalam memperhatikan pembelajaran; 2 pola penataan tempat duduk yang tidak dapat di ubah karena sarana yang tidak mendukung. Adapun hasil dari wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Sekolah dan Guru kelas didapati bahwa peserta didik yang sering berjalan-jalan dikelas adalah W. Kemudian hasil dari kuesioner yang dilakukan dikelas didapati bahwa rata-rata peserta didik memilih W sebagai peserta didik yang sering berjalan-jalan didalam kelas saat proses pembelajaran. Setelah didapatkan analisis permasalahan di lapangan, tahap selanjutnya adalah melakukan rancangan program yang akan diberikan kepada peserta didik untuk mengatasi hambatan perilaku yang terjadi. Rancangan Program Merencanakan suatu pembelajaran agar berjalan dengan lancar dan efektif, maka guru perlu memiliki strategi dan metode dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang dilakukan guru menggunakan strategi ekspositori dan metode ceramah plus, yaitu metode ceramah yang digabungkan dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Sebelumnya, dalam melaksanakan pembelajaran guru sudah menerapkan strategi dan metode tersebut, namun hal ini masih kurang efektif dalam mengatasi masalah tingkah laku peserta didik yaitu sering berjalan-jalan di kelas saat pembelajaran berlangsung. Sebelum dilaksanakannya program penataan kelas, posisi duduk peserta didik berada di no. 13 pada gambar contoh penataan tempat duduk berikut Mardiyah, Dewi, Safaruddin, Almanawara Posisi Tempat Duduk terhadap Ketahanan Duduk Peserta Didik dalam Pembelajaran 129 Gambar 1. Contoh penataan posisi tempat duduk Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk dimana peserta didik ditempatkan di depan nomor 3 dengan tujuan peserta didik dapat fokus dalam pembelajarannya sehingga diharapkan dapat mengurangi perilaku peserta didik berjalan-jalan saat pembelajaran berlangsung. Peneliti bekerjasama dengan guru wali kelas dalam pelaksanaan pengelolaan tempat duduk untuk menentukan posisi tempat duduk peserta didik, selain itu peneliti melakukan pendekatan dengan peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman. Dari pengamatan peneliti, posisi tempat duduk yang tepat bagi peserta didik yang mengalami gangguan perilaku ini yaitu dengan menempatkan peserta didik di barisan bangku paling depan dan posisi meja peserta didik ditempatkan di dekat meja guru serta berhadapan dengan papan tulis. Cara pertama yang dilakukan peneliti dalam melaksanaan penataan posisi tempat duduk ini, yaitu menggunakan pencabutan lot berdasarkan urutan absen kelas. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya cara ini kurang efektif dikarenakan tempat duduk yang didapat peserta didik lain dari hasil pencabutan lot tidak sesuai dengan keinginan peserta didik dikelas. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan cara penunjukkan secara langsung untuk memindahkan posisi tempat duduk peserta didik dibarisan depan nomor 3 atas persetujuan dan keinginan peserta didik sendiri. Berdasarkan pelaksanaan program penataan posisi tempat duduk yang dilakukan terhadap perilaku peserta didik yang sering berjalan-jalan di dalam kelas karena kurangnya konsentrasi saat proses pembelajaran berlangsung, yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh guru wali kelas, maka hasil yang didapat dari informasi guru wali kelas tersebut, yaitu perilaku berjalan-jalan peserta didik dikelas karena kurangnya konsentrasi dalam belajar tersebut mengalami perubahan terhadap penataan posisi tempat duduk yang dilakukan, namun perubahan tersebut belum bersifat signifikan, seperti yang pada awalnya saat peserta didik duduk dibelakang, peserta didik sering berjalan-jalan karena kurangnya konsentrasi tetapi setelah diberi program peserta didik ada mengalami perubahan pada tingkat konsentrasinya yang mengurangi sedikit perilaku berjalan-jalan peserta didik di dalam kelas. Sebelumnya dalam segi akademikpun peserta didik tidak bermasalah, seperti peserta didik sudah mengerti dengan huruf-huruf dan penggunaannya dalam pembuatan kata ataupun kalimat, namun dalam pembelajaran peserta didik masih menunjukkan ketidakmautahuan. Peserta didik malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tetapi bila diberikan perhatian khusus dari guru yang tertuju kepada peserta didik, maka peserta didik mau untuk mengerjakan Tempat duduk peserta didik yang diteliti setelah dilakukan penataan posisi tempat duduk dikelas Tempat duduk peserta didik sebelum dilakukan penataan posisi tempat duduk dikelas 130 EduHumaniora Vol. 12 No. 2, Juli 2020 tugas maupun apa yang disuruh oleh guru yang mengajarnya. KESIMPULAN Dari hasil yang di dapat, maka dapat disimpulkan bahwa program penataan posisi tempat duduk yang dilakukan dengan cara penunjukkan secara langsung dapat digunakan dalam penelitian ini. Hasil pelaksanaan program penataan posisi tempat duduk yang ditunjuk secara langsung ini dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didik yang diteliti, namun perubahan tersebut belum bersifat signifikan terhadap perubahan tingkah laku peserta didik yang sering berjalan-jalan dikelas saat proses pembelajaran berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Haghighi, M. M., & Jusan, M. M. 2012. Exploring Students Behavior on Seating Arrangements in Learning Environment A Review. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 36 June 2011, 287–294. Kusumaningrum, N. A. M. D. D. N. B. D. E. 2017. Efek posisi tempat duduk peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik sekolah dasar negeri di kecamatan Talun Blitar, 1, 1–19. Lestari, Y. 2017. Pengaruh Penataan Tempat Duduk terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas V SD N 20 Kota Bengkulu, 101, 61–65. Luwesty, A., Syaiful, M., & Ekwandari, Y. S. 2017. Exploring Students Behavior on Seating Arrangements in Learning Environment A Review, 01. Mansyur, T. M. 2013. Pengaruh Pemberian Tugas dan Posisi Tempat Duduk Terhadap Hasil Belajar Statisti Pendidikan, 26–34. Marlina. 2011. Aplikabilitas Metode Applied Behavior Analysis Untuk Mengurangi Perilaku Anak ADHD Attention Deficit Hyperactivity Disorders, 161, 39–52. Pangastuti, R., Solichah, I., Islam, U., Sunan, N., Surabaya, A., & Anak, T. P. 2017. Studi Analisis Manajemen Pengelolaan Kelas di Tempat Penitipan Anak TPA Khadijah Pandegiling Surabaya Ratna Pangastuti, Isnaini Solichah. 35, 2, 35–50. Richards, J. 2012. Setting the Stage for Student Engagement, December 2014. Sukmawati. 2012. Potret Pemusatan Perhatian Anak Di Dalam Kegiatan Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak Budi Mulia Padang, 11, 1–13. Sumekar, G. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus. Padang UNP Press. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Pengelolaankelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang/ fasilitas. Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru
Termasuk kegiatan pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang belajar kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa guna memberi bantuan baik secara individual maupun kelompok dalam pelaksanaan KBM, sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, dalam pengaturan ruang kelas Hal-hal yang perlu mendapat perhatian, adalah 1. Ukuran dan bentuk kelas2. Ukuran dan bentuk bangku/kursi/meja3. Jumlah siswa dalam satu Jumlah kelompok dalam satu Jumlah anggota dalam satu kelompok6. Komposisi siswa dalam kelompok misalnya ; pria -wanita Dalam masalah penataan ruang kelas ini uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah pengaturan tempat duduk pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi serta tata Pengaturan Tempat Duduk Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Sudirman N 1991; 318 mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi berbaris ke Pengaturan Alat-alat Pengajaran Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai berikuta. Perpustakaan Kelas Sekolah yang maju ada perpustakaan di setiap kelas, Pengaturannya bersama-sama Alat-alat Peraga media Pengajaran Alat peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar memudahkan dalam penggunaannya, Pengaturannya bersama-sama Papan Tulis, Kapur Tulis, dan lain-lain Ukurannya Disesuaikan, Warnanya harus kontras , Penempatannya memperhatikan estetika dan terjangkau oleh semua Papan Presensi Siswa Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa. Difungsikan sebagaimana Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelasa. Hiasan dinding pajangan kelas hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya- Burung Garuda- Teks Proklamasi- Slogan pendidikan - Para pahlawan - Peta/globeb. Penempatan lemari - Untuk buku di depan - alat-alat peraga di belakangc. Pemeliharaan kebersihan- Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas- Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban di Ventilasi dan Tata Cahaya- Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan Sebaiknya tidak Pengaturan cahaya perlu diperhatikan- Cahaya yang masuk harus cukup- Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan. Berkaitan dengan usaha membuat pajangan kelas, ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh guru, Mengapa kita memamerkan pajangan kelas?b. Kapan direncanakan pajangan kelas?c. Pekerjaan siapa yang seharusnya dipajang?d. Dimana hasil pekerjaan diletakkan?e. Apa yang diperlukan guru untuk mengadakan pajangan yang baik? Akhirnya, untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi siswa dalam belajar, hal-hal berikut kiranya dapat dijadikan pegangan, yaitu1 Mengatur tempat duduk siswa harus mencerminkan belajar efektif. Bangku disediakan yang memungkinkan dipindah-pindah atau diubah tempatnya2 Ruangan kelas yang bersih dan segar akan menjadikan siswa bergairah belajar3 Memelihara kebersihan dan kenyamanan suatu kelas/ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah siswa menerima Muhammad Azhar, 1993, proses belajar mengajar pola CBSA, Surabaya; usana offsetSyaiful Bahri djamarah & aswan Zain, 2002, strategi belajar mengajar, Jakarta; Rineka cipta
Karenahal itulah, pada artikel berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh tatanan tempat duduk siswa, yang menurut Winzer yang dikutip Winataputra (1003:9.9) tidak hanya meningkatkan semangat belajar tetapi juga agar tidak terjadi kekacauan serta meningkatkan interaksi sosial antar siswa. Ini dia contoh tatanan tempat duduk yang dimaksud: 1.
4 Cara mudah menata tempat duduk siswa – Kelas merupakan sebuah ruangan dengan ukuran tertentu sebagai tempat berlangsungnya proses belajar dan mengajar. Penataan ruang kelas yang baik akan berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar siswa dan proses guru mengajar. Kondisi ruang kelas yang tertata dengan baik akan meningkatkan hasil belajar siswa. Alasan ini cukup masuk kelas yang tertata dengan rapi akan membuat siswa merasa nyaman belajar atau berada di dalam kelas. Begitu pula halnya dengan guru, merasa betah berada dalam kelas untuk mengajar dan menghadapi siswa. Untuk menata ruang kelas agar nyaman, terutama mobiler dan tempat duduk siswa, dapat dilakukan hal-hal berikut ini meja dan kursi siswa Ruang kelas terdiri dari beberapa unit mobiler, seperti meja tulis dan kursi tempat duduk meja dan kursi siswa tersedia di dalam ruang kelas sebanyak jumlah siswa. Namun demikian, sebaiknya disediakan satu atau dua unit meja dan kursi cadangan. Mobiler ini disusun dengan rapi di bagian belakang ruang kelas. Jika ada meja atau kursi yang rusak, siswa tidak perlu lagi mencari-cari kursi dan meja ke kantor majelis guru. Kemudian meja dan kursi yang tidak bisa dipakai lagi sebaiknya dikeluarkan dan di pindahkan ke gudang sekolah. tempat duduk siswa Susunan tempat duduk siswa lazimnya berbentuk persegi panjang, tergantung ukuran ruang kelas. Disusun secara horizontal dan susunan seperti ini dapat dimodifikasi sesuai kreativitas guru wali kelas. Dengan membuat formasi yang bervariasi akan dapat mengubah suasana di ruang sesekali menyusun tempat duduk siswa dengan membentuk pola huruf U, meja bundar, dan lain ini akan bernilai guna dalam meningkatkan gairah belajar siswa. siswa di ruang kelas Siswa yang bertubuh kecil atau pendek ditempatkan pada barisan terdepan sehingga tidak menghalangi siswa bagian belakang untuk melihat ke papan tulis. Kecuali siswa yang mengalami gangguan penglihatan. Meskipun bertubuh tinggi atau besar, tetap ditempatkan pada barisan terdepan. Sebaiknya ditempatkan di bagian kiri atau kanan ruang kelas. meja dan kursi siswa Fisik meja dan kursi siswa perlu dijaga ketahanannya agar tidak cepat rusak atau goyah ketika diduduki oleh siswa. Hal ini dilakukan supaya tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa. Selain itu juga perlu dirawat dari coretan tinta, kapur dan alat tulis lainnya agar terlihat tetap ingin lebih bagus tampilan meja tulis siswa di ruang kelas, mungkin perlu dialas dengan kertas berwarna yang dilapisi plastik kaca. Itulah 4 cara yang dilakukan untuk menata tempat duduk siswa di ruang kelas agar proses belajar dan mengajar berjalan lancar dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Semoga.***
Direkomendasikan Pembelajaran di Madrasah Harus Akrab dengan IT. Demikian info pembelajaran tentang 8 Pola Tempat Duduk Siswa Dalam Kelas (Bag. 4) yang berisi pola Tempat Kerja (Workstation), Pengelompokan Terpisah (Breakout groupings), dan sevron ( pola huruf V). 8 Pola Tempat Duduk Siswa Dalam Kelas (Bag.
Penataan ruang kelas merupakan kegiatan yang harus dilakukan guru sehingga harapannya seluruh siswa dapat terfasilitasi dalam aktifitas belajarnya. Pengaturan fisik kelas mulai dari kursi, meja, papan tulis, dsb, diarahkan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa. Dengan tata ruang kelas yang efektif tersebut siswa merasa senang, nyaman, aman dan belajar dengan baik. Pengelolaan tata ruang kelas adalah kegiatan mengurus dan menata sarana dan prasarana belajar yang terdapat di dalam ruang kelas sehingga aktivitas belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif. Berbagai sarana dan prasarana yang perlu dipersiapkan dan ditata dengan baik adalah meja dan kursi, papan tulis, penghapus, penggaris, papan absensi, rak buku, dan lain Yang Harus Diperhatikan dalam Tata Ruang KelasSuasana dan kondisi di ruang kelas dapat kita atur bagaimana supaya menggairahkan dan bersemangat. Pengaturan tata ruang kelas sebaiknya dapat menciptakan kondisi di mana siswa memungkinkan untuk dapat duduk berkelompok. Selain itu, kondisi di ruang kelas juga memudahkan guru untuk dapat bergerak secara leluasa sehingga ketika siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan, guru dapat menghampirinya untuk dibantu dalam mencari solusinya,Untuk mengatur tata ruang kelas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaituBentuk dan ukuran ruang kelasBentuk serta ukuran bangku dan meja siswaJumlah siswa yang akan menempati di dalam kelasJumlah siswa dalam setiap kelompok ketika diadakan belajar kelompokJumlah kelompok dalam kelasKomposisi siswa dalam kelompok seperti komposisi pria dan wanita, serta siswa pandai dengan siswa kurang pandai.Indikator yang Harus Dipenuhi Dalam Penataan Fasilitas Ruang KelasBerikut ini adalah indikator yang harus dipenuhi ketika melakukan penataan fasilitas ruang kelasAnak-anak dapat belajar dengan aktif dan guru pun dapat mengelola kelas dengan lebih mudah dan lebih ruang kelas dapat dilakukan secara fleksibel sehingga ketika dibutuhkan perubahan dari satu tujuan ke tujuan lain dapat dilakukan sedemikian rupa dengan waktu yang fasilitas sarana dan prasarana yang dapat memberikan bantuan dalam guru menjelaskan konsep-konsep materi tertentu. Seperti misalnya adalah berupa gambar-gambar atau atau model atau media tempat penyimpanan alat atau media beljar yang cukup mudah dicapai sehingga waktu belajar siswa tidak ruang, fasilitas sarana dan prasarana kelas harus mampu membantu meningkatkan motivasi siswa dalam Tempat Duduk dalam Tata Ruang KelasMasalah utama dalam sebuah tata ruang kelas adalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat dan media pembelajaran, penataan keindahan kelas, dan pengaturan desain ventilasi untuk pemenuhan sumber cahaya pun pengaturan posisi tempat duduk siswa memberi dampak dalam proses pembelajaran. Dengan penataan tempat duduk yang tepat akan membuat guru lebih mudah dalam mengelola kelas. Untuk itu, dibutuhkan denah tempat duduk siswa apakah disusun standar, berbentuk letter U, berkelompok, atau lain sebagainya. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka akan tercipta kondisi yang menyenangkan bagi siswa untuk penataan tempat duduk, tempat duduk yang digunakan juga harus diperhatikan. Misalnya, tempat duduknya harus memiliki kualitas yang bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, atau harus ergonomi sehingga sesuai dengan kebutuhan tubuh bentuk dari tempat duduk dan mejanya, apakah bundar, persegi empat panjang, ataukah persegi. Bentuk dan ukuran meja belajar untuk di kelas sekarang ini cukup beragam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang secara umum formasi tempat duduk dapat dibagi menjadi tiga, yaituTempat duduk melingkar, cocok ketika pengajaran di kelas akan ditempuh dengan cara duduk standar berderet memanjang ke belakang, cocok untuk pengajaran di kelas yang ditempuh dengan metode duduk berbentuk Letter U, cocok untuk pengajaran yang dilakukan dengan konsep game bermain sambil belajar.Pengaturan Alat dan Media Pembelajaran di dalam Ruang KelasSeorang guru harus mampu menggunakan strategi dalam memanfaatkan alat dan media pembelajaran yang merupakan dua komponen lingkungan fisik yang ada di kelas. Di antara alat dan media pembelajaran yang harus diatur adalah sebagai berikut Alat peraga diletakkan di dalam ruang kelas sehingga memudahkan guru dan siswa dalam penggunaannya secara tulis, kapur tulis/spidol board marker. Ukuran papan tulis harus disesuaikan dan harmoni dengan ukuran ruang kelas, warnaya harus kontras dan penempatannya memperlihatkan estetika dan terjangkau oleh semua presentasi dipasang pada bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa dan difungsikan sebagainya Keindahan dan Kebersihan di dalam Ruang KelasHiasan dinding pajangan kelas sebaiknya dipasang dengan memperhatikan kepatutan dan keindahan, seperti misalnya burung garuda, photo presiden dan wakilnya, teks proklamasi, slogan pendidikan, para pahlawan, dan peta/ rak buku diletakkan di depan sedangkan alat-alat peraga ditaruh di memelihara kebersihan, siswa secara bergiliran mendapatkan jadwal piket untuk membersihkan dan Tata Cahaya Ruang KelasBerikut ini adalah desain tata cahaya ruang kelas yang perlu diperhatikan, yaituSebaiknya terdapat ventilasi yang sesuai dengan ruangan bebas yang masuk harus sebaiknya masuk dari arah kiri, atau tidak berlawanan dengan bagian Penyimpanan Barang-Barang di Dalam Ruang KelasMedia dan barang-barang sebaiknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai apabila dibutuhkan. Media dan barang-barang tersebut buku pelajaran, pedoman kurikulum, dan lain sebagainya, sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, maka dua hal berikut ini harus diperhatikanTempat duduk siswa harus diatur sedemikian rupa, di mana bangku dan meja yang disediakan memungkinkan untuk dipindah-pindah atau diubah kelas dalam kondisi bersih dan segar sehingga menjadikan siswa bergairah dalam tata ruang kelas diperlukan perencanaan yang baik dengan tujuan untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal. Dengan begitu, proses belajar mengajar akan berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah disusun oleh guru atau dosen pendidik.
Berikutbeberapa pengaturan tempat duduk di kelas yang bisa diterapkan saat kegiatan belajar mengajar. Kami menyajikan informasi terkait Contoh Denah Tempat Duduk Siswa Di Kelas. 1 Mobilitas untuk memudahkan siswa dalam bergerak dari satu tempat ke tempat lain 2 Aksesibilitas berarti memudahkan siswa dalam mengakses sumber dan alat bantu
Inilah contoh tatanan tempat duduk siswa agar pembelajaran efektif adalah pengaturan kursi dan meja yang meningkatkan fokus belajar. Menurut Sudarwan Danim yang dilansir dari Idtesis, disampaikan kalau kriteria sekolah yang bagus untuk pembelajaran efektif di antaranya adalah sudah dilakukan reorganisasi kelas agar mendukung kegiatan pembelajaran. Atas dasar itu, jika ingin pembelajaran efektif, guru harus menguasai contoh tatanan tempat duduk siswa agar pembelajaran efektif. Karena hal itulah, pada artikel berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh tatanan tempat duduk siswa, yang menurut Winzer yang dikutip Winataputra 1003 tidak hanya meningkatkan semangat belajar tetapi juga agar tidak terjadi kekacauan serta meningkatkan interaksi sosial antar siswa. Ini dia contoh tatanan tempat duduk yang dimaksud 1. Tatanan Kreatif Menurut ahli, model tempat duduk yang pertama ini, disebut tatanan kreatif. Sebagian besar, meja dan kursi memang di desain berbeda. Sedangkan bentuk tatanannya menyerupai huruf. Untuk posisi melingkar disebut model huruf O, sedangkan posisi dua berjajar ke depan dan di belakang bagian tengah berjajar ke samping hingga menyatu dengan jajar yang pertama di sebut model huruf U. 2. Tata Ruang Minimalis Tata ruang kelas minimalis, adalah tata desain kelas yang tidak banyak men-distraksi siswa. Selain jumlah meja kursi yang tidak terlalu banyak, gambar-gambar di tembok juga minimal. Tata ruang seperti ini bagus untuk siswa. Karena mereka bisa fokus belajar tanpa terganggu dengan objek dan warna mencolok yang ada di ruang kelas. Selain itu, dengan adanya beberapa vas bunga sebagai pendukung ruang, membuat siswa lebih betah belajar. Karena, kelas terlihat lebih indah dan enak dilihat. 3. Tata Ruang Melengkung Classic Tata ruang melengkung classic adalah tata ruang kelas dengan tempat duduk yang lumrah. Yaitu berbanjar ke depan dan ke samping. Namun, yang membedakan hanyalah, posisi tempat duduk bagian samping kanan serong ke kiri sedangkan bagian samping kiri serong ke kanan. Posisi bagian tengah tetap, sedangkan tempat duduk guru tepat di posisi tengah bagian depan. Dengan tatanan ruang kelas semacam ini, fokus siswa lebih menyeluruh. Karena semua pandangan mengarah pada guru yang menjelaskan di depan. Selain itu, desain ruang semacam ini tidak menyulitkan. Karena guru tinggal membelokkan sedikit saja posisi meja kursi siswa. 4. Tata Ruang Formasi Chevron Contoh tatanan tempat duduk siswa agar pembelajaran efektif yang ke empat adalah tata ruang formasi Chevron. Ini adalah tata ruang yang unik. Karena itu, penataannya lebih sulit dibandingkan yang lain. Selain dibutuhkan ruang kelas yang luas, guru juga harus merombak total penataan meja dan kursi. Tata meja dan kursi formasi Chevron, jika dilihat dari belakang seperti huruf V. Yang mana, meja dan kursi bagiansamping kanan dan kiri diposisikan menyerong ke arah depan dengan desain melebar, sehingga yang di belakang mengerucut pada satu kursi dan meja saja. Di posisi tengah yang kosong bisa diisi dua set meja dan kursi untuk dua orang siswa. Sedangkan guru berada di posisi tengah bagian depan. Teknik ini tidak hanya membuat anak fokus belajar, tetapi semangat belajarnya juga menjadi tinggi. Karena tata ruang semacam ini terlihat sangat elegan dan berkualitas. Pembelajaran efektif tidak hanya ditentukan oleh cara mengajar guru dan juga materi yang disampaikan. Lain daripada itu, posisi duduk siswa juga ikut andil mencapainya. Maka dari itu, silakan terapkan contoh tatanan tempat duduk siswa agar pembelajaran efektif di atas, jika ingin posisi duduk siswa tetap nyaman saat belajar.
A Pengertian Penataan Ruang Kelas dalam Pengelolaan Kelas. Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan dan penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara kuasa untuk membantu siswa dalam belajar.
Oleh Epa Muhopilah* BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembelajaran bahwa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan rill adalah merupakan tujuan pendidikan. Tetapi dalam proses pembelajaran dalam kelas bagaiamana siswa dapat menguasai dan memahami bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang sulit. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, pisikologis, biologis. Dari perbedaan tersebut maka dapat menimbulkan beragamnya sikap dan anak didik di dalam kelas. Menjadi tugas guru bagaiman menjadikan keanekaragaman karakteristik siswa tersebut dapat diatasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal itu merupakan tugas bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keterampilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak hanya tertuang dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh iklim belajar yang kondusif atau maksimal berkaitan dengan pengaturan orang siswa dan barang. Banyaknya keluhan guru karena sukarnya mengelola kelas sehingga tujuan pembelajaran sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi apabila ada usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif dan maksimal. Misalnya penataan ruang kelas berupa pengaturan/ penataan tempat duduk yang sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran. Dari permasalahan tersebut maka kiranya perlu bagi guru atau calon pengajar mengetahui dan memahami tentang pengelolaan kelas, salah satunya yaitu pengaturan ruangan kelas berupa penataan tempat duduk siswa. B. Tujuan Penulisan Dari pemaparan di atas maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu Untuk memperoleh gambaran tentang apa itu pengelolaan kelas Untuk memperoleh gambaran tentang penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran dan pendidikan. C. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat menambah wawasan bagi guru dan mahasiswa keguruan tentang pengelolaan kelas, dan bagaimana penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. BAB II PENATAAN TEMPAT DUDUK SISWA SEBAGAI BENTUK PENGELOLAAN KELAS A. Pengertian Pengelolaan Kelas Menurut Winataputra 2003, menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosoi- emosional yang positif , serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif. Akhmad Sudrajat menyatakan bahwa “Pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, didalamnya mencakup pengaturan orang peserta didik dan fasilitas”. Dan menurut Winzer Winataputra, 1003 menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan management lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang siswa dan barang/ fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas cahaya, temperatur udara, ventilasi dll. B. Penataan Ruang Kelas Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell Winataputra, 2003 yaitu 1. Visibility Keleluasaan Pandangan Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran. 2. Accesibility mudah dicapai Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja. 3. Fleksibilitas Keluwesan Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok. 4. Kenyamanan Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas. 5. Keindahan Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. 3 yaitu Ukuran bentuk kelas Bentuk serta ukuran bangku dan meja Jumlah siswa dalam kelas Jumlah siswa dalam setiap kelompok Jumlah kelompok dalam kelas Komposisi siswa dalam kelompok seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita. Berkaitan dengan penataan ruang kelas belajar maka pada penulisan makalah ini hanya berkaitan dengan pengelolaan kelas berupa penempatan tempat duduk siswa saja. C. Tempat Duduk Siswa Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas. Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie 2007 52 ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan Meja Panjang Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja Dan masih ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kooperatif ini. Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang kan disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan. Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono 4 melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannya yang pada intinya mencakup ketiga aspek di atas. Persamaan dan perbedaan dimaksud adalah Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan inteligensi. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar Persamaan dan perbedaan dalam bakat Persamaan dan perbedaan dalam sikap Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah Persamaan dan perbedaan dalam minat Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan. Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas, sangat berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa dan penataan tempat duduk dengan metode belajar kelompok guna menciptakan lingkungan belajar aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat terlaksana. Penempatan siswa kiranya harus mempertimbangan pula pada aspek biologis seperti, postur tubuh siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunyai tubuh tinggi dan atau rendah. Dan bagaimana menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa yang hiper aktif, suka melamun, dll. D. Penataan Tempat Duduk Siswa Sebagai Bentuk Pengelolaan Kelas Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya di dalam kelas. Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Winzer Winataputra, 2003 9-21 bahwa “penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan”. Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan barang/ fasilitas. Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakakan, memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk siswa sebagai bentuk pengelolaan kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan management lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang siswa dan barang/ fasilitas. Salah satu bentuk pengelolaan kelas adalah penatan tempat duduk, dimana penatan tempat duduk perlu memperhatikan lingkungan fisik kelas dan juga keanekaragaman karakteristik siswa, serta mempertimbangkan kesesuaian metode yang digunakan dengan tujuan akhir dari pembelajaran itu sendiri. Kondisi dan posisi tempat duduk dapat menentukan tingkat aktivitas belajar siswa di kelas. Hal tersebut sisebabkan karena tempat duduk yang nyaman akan membantu siswa untuk tenang dalam belajar dan apat pula menimbulkan gairah belajar siswa. B. Saran Kiranya perlu menjadi perhatian bagi guru dan bahkan calon pengajar bahwa keterampilan mengelola kelas salah satunya penataan tempat duduk harus dikuasai. Pengelolaan kelas menyangkut kepada menciptakan iklim atau kondisi belajar yang kondusif dan aksimal. Melalui penatan tempat duduk yang tepat diharapkan akan menfasilitasi siswa untuk belajar dengan aktif. Adapun saran yang dapat dilakukan dalam penatan tempat duduk seperti Menentukan posisi tempat duduk yang disesuaikan dengan metode pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Kondisi baik bentuk, ukuran tempat duduk harus baik dan pas Menggunakan tempat duduk yang mudah diatur atau diubah-ubah untuk mempermudah merubah posisi tempat duduk Penempatan siswa sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya, misalnya menempatkan siswa yang berpostur tingi di belakang, menempatkan siswa yang hiper aktif di depan sehingga guru mudah untuk memantau. ============= DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajat. 2008. Teknik Pengelolaan Kelas. Anita Lie. 2007. Cooperative Learning Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta PT Grasindo Udin S. Winataputra. 2003. Srategi Belajar mengajar. Jakarta Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional Epa Muhopilah* adalah mahasiswa tingkat IV pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP-Universitas Kuningan. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah seminar Ilmu Manajemen, yang disampaikan oleh Bapak Dr. Uhar Suharsaputra, dan Bapak Akhmad Sudrajat,
1 Mengatur tempat duduk siswa harus mencerminkan belajar efektif. Bangku disediakan yang memungkinkan dipindah-pindah atau diubah tempatnya 2) Ruangan kelas yang bersih dan segar akan menjadikan siswa bergairah belajar
TantanganGurusiana Ke-333 Agar proses pembelajaran efektif di dalam kelas, seorang guru perlu menguasai bahan ajar, mampu menggunakan metode pembelajaran serta menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Dengan pengelolaan kelas yang efektif, akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Suasana kondusif dan menyenangkan, tercipta dari salah satu usaha guru dalam pengaturan tempat duduk siswa. Guru yang kreatif akan mengelola posisi tempat duduk siswa, sehingga melahirkan interaksi yang baik, misalnya dengan merotasi tempat duduk siswa setiap sebulan sekali atau dua bulan sekali. Pengaturan tempat duduk siswa dalam kelas sangat penting. Susunan tempat duduk dengan pola-pola tataan yang berbeda, akan berpengaruh kepada motivasi dan kenyamanan dalam belajar. Cara pengaturan tempat duduk diatur berdasarkan karakteristik siswa. Dengan demikian guru akan lebih mudah mengelola kelas, dan siswa merasa nyaman belajar bersama gurunya. * Lintau Buo, 16 Maret 2021 Herlina Suryati DISCLAIMER Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini. Laporkan Penyalahgunaan
- Дрፌгог и հатоሯու
- Հемюզоቯ ድαξ утичጬሓը
- Ваሚ ваդ кяጃуፁοσю
- Խд аպիдፋβеще
Berdasarkanpenejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaturan tempat duduk U Shape memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1. Guru dapat melakukan gerakan kesegala arah mobilitas : Komunikasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Ada 3 jenis komunikasi yang digunakan untuk mengembangkan
Apa dampak yang muncul dari susunan tempat duduk yang berbeda di kelas terhadap partisipasi siswa? Apa yang diungkapkan ruang belajar Anda mengenai filosofi mengajar Anda? Siapa yang sebaiknya memutuskan siapa duduk dimana, guru atau siswa? Dalam artikel ini, kita akan cermati apa hasil penelitian. Ruang belajar hadir dalam beragam bentuk dan ukuran, mulai dari ruangan persegi panjang berisikan 30 siswa dengan dilengkapi pintu dan jendela yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan, hingga ruangan dengan konsep terbuka yang dilengkapi dinding lipat yang dapat digunakan sebagai ruang berkumpul siswa. Termasuk diantaranya ada yang di luar ruangan, di dalam ruangan, maupun ruang khusus yang ditujukan untuk mata pelajaran tertentu dengan peralatan khusus, atau ruang serbaguna yang dapat digunakan untuk segala kepentingan sekolah. Sebagai seorang pengajar, seringkali Anda tidak diberikan kesempatan untuk memilih ruang kelas Anda. Akan tetapi, dengan banyaknya perlengkapan yang tersedia, Anda bebas mengubah dan mengatur tata ruang yang sesuai. Tentu saja setelah selesai mengatur meja tulis, area komputer, bean bags/kursi santai, serta perlengkapan lainnya misalnya sejumlah pengajar ada yang menempatkan bola untuk latihan fisik, selanjutnya fokus untuk menentukan siapa akan duduk di mana. Ruang kelas yang mendukung proses belajar mengajar Jadi, bagaimana cara Anda mengajar, seperti apa kegiatan pembelajaran berlangsung, dan apa yang ingin Anda capai? Sekitar empat puluh tahun yang lalu, seorang psikolog lingkungan asal Amerika, Profesor Robert Sommer, menyatakan suatu gagasan tentang menentukan tata ruang kelas. "Filosofi dari pendidikan guru akan tercermin dalam penyusunan tata ruang kelas. Seorang guru harus mampu memberikan alasan logis mengenai pengaturan meja dan kursi sesuai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Tidak ada tata ruang kelas yang ideal untuk semua jenis kegiatan Sommer, 1977". Beliau pun menyebutkan beberapa contoh gaya pengaturan tempat duduk tradisional dimana kursi disusun berbaris dan semua menghadap ke depan mencirikan metode pengajaran duduk dan mendengarkan’; sementara untuk kelompok kerja, penggunaan cluster table atau meja berkelompok’ merupakan metode terbaik karena memungkinkan para siswa untuk berbagi tugas dan bekerja sama; dan jika praktik pengajaran yang dilakukan membutuhkan ruangan yang cukup luas karena penggunaan perlengkapan tertentu, misalnya balok Cuisenarie dalam mata pelajaran matematika, maka perlu disediakan meja yang cukup panjang. Apakah pengaturan tempat duduk tertentu mendorong partisipasi? Sebuah studi yang melibatkan seluruh kelas siswa kelas empat di Jerman Marx, Fuhrer & Hartig, 1999 mencoba memahami apakah pengaturan tempat duduk yang berbeda memancing siswa untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan. Para peneliti mengamati 53 kelas mata pelajaran Bahasa Jerman dan matematika selama delapan minggu dan dalam semua kelas tersebut guru berada di depan – baik duduk di mejanya ataupun berdiri. Mereka menguji dua macam pengaturan tempat duduk – model tradisional baris dan kolom serta setengah lingkaran. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanya-jawab lebih sering terjadi ketika siswa didudukkan dalam pengaturan setengah lingkaran daripada dalam pengaturan baris-dan-kolom,” lapor para peneliti. Menariknya, dalam kedua pengaturan ini, bahkan baris dan kolom, mereka mengidentifikasi ada dua 'zona aksi' - satu berbentuk seperti huruf T dan satunya berbentuk seperti segitiga. Anak-anak yang berada di kedua zona ini mereka yang duduk di area tengah mengajukan lebih banyak pertanyaan per pelajaran. Para peneliti menjelaskan bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan duduk dengan model setengah lingkaran di sekolah dasar 'mampu memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa di kelas', meski perlu diingat bahwa kepribadian guru dan gaya mengajar juga menjadi faktor penentu tingkat partisipasi siswa. Fernandes, Huang & Rinaldo 2011 menerangkan bahwa penelitian membuktikan partisipasi dan pelibatan merupakan hal penting dalam proses pembelajaran siswa. “Partisipasi di ruang kelas erat kaitannya dengan pengembangan dan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan stimulasi kognitif semacam ini memberikan siswa kondisi belajar yang berbeda dengan mengusung prinsip pengalaman belajar yang positif dan efektif ... .” Melihat segala sesuatu dari sudut pandang siswa Ketika mengunjungi bioskop atau datang ke pertandingan olahraga, selalu ada kemungkinan Anda tiba dan mendapati arah pandang Anda terbatas’ dari posisi tempat duduk Anda. Atau biasanya lima menit sebelum acara dimulai seseorang berperawakan tinggi besar menyerupai postur Jonah Lomu akan duduk di tempat duduknya... dan duduk tepat di depan Anda. Dalam lingkungan kelas, jika meja siswa diposisikan dalam beberapa kelompok kecil - kecuali jika ruangan yang tersedia sangat besar - sulit untuk menemukan cara agar setidaknya satu atau dua siswa duduk tidak membelakangi papan tulis. Selain itu, ada hal lain juga yang perlu dipertimbangkan. Sommer berpendapat bahwa sejatinya sebuah kelas jauh dari konsep sebuah ruang berbentuk kubus yang homogen’, melainkan merupakan lingkungan-lingkungan mikro yang saling terhubung. Penerangan jauh lebih baik di satu bagian ruangan daripada di bagian lain, udara jauh lebih dingin di dekat jendela, dan cenderung terlalu hangat di sekitar saluran pemanas ruangan. Pandangan ke arah papan tulis sangatlah berbeda dari satu bagian ruangan dengan bagian lainnya, dikarenakan cahaya dari lampu di langit-langit. Anjuran ini sudah ada sejak tahun 1970-an, tetapi masih relevan hingga sekarang. Dengan adanya penerapan BYOD bring your own device dan satu laptop untuk satu siswa serta pemasangan papan pintar elektronik, pantulan cahaya dari lampu di langit-langit dan jendela bisa jadi masalah, dan lain sebagainya. Sommer juga menambahkan, “Sebagian siswa mungkin dapat melihat ke luar ruangan, dan yang lain tidak. Seseorang dengan pengalaman mengajar di ruang kelas bertahun-tahun pun kadang tidak menyadari bahwa siswa yang berada di kuadran sebuah ruangan mengalami kesulitan melihat papan tulis atau grafik di depan kelas. Ada juga penghalang yang sifatnya fisik antara siswa yang duduk di bagian belakang dengan papan tulis misalnya, siswa berpostur tinggi yang kebetulan duduk di meja depan.” Kapan terakhir kali Anda mencoba memahami sesuatu dengan melihat dari sudut pandang siswa? Pernahkah Anda menempatkan diri di posisi mereka atau dalam hal konteks ini, tempat duduk atau bahkan menanyakan apakah mereka dapat melihat dan mendengar dengan sebagaimana mestinya? Memutuskan siapa duduk di mana Dalam sistem yang berlaku secara umum, gurulah yang menentukan posisi duduk siswa. Sementara dalam sistem yang lainnya, dimana aktivitas belajar tidak hanya berlangsung di dalam satu ruangan kelas, beberapa guru memilih untuk membiarkan siswa menentukan sendiri di setiap mata pelajaran. Fernandes, Huang & Rinaldo 2011 beranggapan bahwa akan lebih baik bagi siswa jika aktivitas belajarlah yang menentukan tempat duduk. Saat siswa diberikan kebebasan untuk menentukan posisi duduknya, pengalaman belajar bagi siswa yang duduk di depan akan berbeda dibandingkan dengan mereka yang duduk di posisi belakang. Artinya, ada siswa yang mendapat tempat duduk yang lebih baik daripada siswa lainnya. “Siswa yang datang lebih awal punya kesempatan untuk memilih tempat duduk lebih dahulu, oleh karenanya siswa yang datang terakhir akan lebih besar kemungkinannya duduk di tempat yang tidak ia harapkan... “ Sementara sebagai seorang guru, Anda punya pertimbangan tertentu dalam memutuskan posisi duduk siswa. Pertimbangan yang dimaksud antara lain tugas kelompok yang melibatkan siswa tertentu, atau penentuan berdasarkan kemampuan misalnya, mengelompokkan kemampuan yang serupa atau mengatur meja dalam kelompok untuk mendorong terbentuknya dukungan antarteman sebaya, atau bisa juga karena manajemen perilaku misalnya, memberi jarak di antara siswa tertentu atau memindahkan beberapa siswa lebih dekat ke meja guru. Sebuah studi terbaru di Belanda tidak hanya berhasil mengidentifikasi berbagai macam pengaturan tempat duduk di sekolah dasar, tetapi juga mencoba memahami pertimbangan seorang guru dalam memutuskan siapa akan duduk di mana Gremmen, van den Berg, Segers, & Cillessen, 2016. “Pada awal tahun ajaran, sebagai bagian dari manajemen kelas, para guru dihadapkan pada pertanyaan tentang bagaimana dan dimana akan menempatkan siswa mereka. Ini merupakan keputusan penting, karena pengaturan tempat duduk di kelas mempengaruhi iklim belajar di kelas dan hubungan siswa antara satu sama lain ...,” ungkap mereka. “[Guru] menentukan siswa yang duduk berdekatan dengan siapa, dengan siapa mereka terpapar, dan dengan siapa mereka berinteraksi selama pelajaran di kelas. Sayangnya, aspek pengelolaan kelas seperti ini jarang dibahas dalam pelatihan guru, padahal desain ruang kelas telah terbukti penting baik dalam pengembangan akademik maupun kemampuan sosial siswa.” Ketika ditanya mengenai preferensi dalam menentukan pengaturan tata ruang kelas, sebanyak 50 guru dalam studi tersebut menyebutkan setidaknya 2 sampai 19 alasan – sebagian besar adalah alasan terkait akademis 31 persen, tetapi 17 persen alasan yang disampaikan berkaitan dengan manajemen kelas. Hampir setengah dari keseluruhan guru yang berpartisipasi dalam penelitian, yakni sebesar 48 persen, memilih untuk membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, sementara 40 persen memilih mendudukkan siswa dalam barisan dan 12 persen sisanya memilih pengaturan yang lain. Para peneliti menemukan bahwa “Alasan yang paling sering dikemukakan sebagai dasar guru membentuk kelompok belajar kecil adalah untuk membangun kerja sama antar siswa, sedangkan guru yang memilih pengaturan dalam baris beralasan agar tercipta suasana yang tenang yang membantu siswa lebih baik secara akademis.” Satu hal yang menarik adalah ada lebih banyak guru 70 persen sebenarnya lebih menyukai pembagian kelompok kecil, tetapi mereka tidak selalu memilih menerapkannya, terutama pada awal tahun ajaran. “Para guru menyebutkan bahwa pada awal tahun mereka mulai dengan model baris agar siswa mampu berkonsentrasi dan lalu menjelang akhir tahun, siswa baru dibagi ke dalam kelompok.” Pada akhirnya, sesuai yang disampaikan oleh Sommer di awal artikel, bahwa penting untuk memilih sesuai dengan kondisi Anda dan siswa Anda, sesuai dengan konteks yang berlaku pada saat itu. Referensi Fernandes, A. C., Huang, J., & Rinaldo, V. 2011. Does where a student sits really matter? The impact of seating locations on student classroom learning Apakah di mana siswa duduk benar-benar penting? Dampak lokasi tempat duduk pada pembelajaran siswa di kelas. International Journal of Applied Educational Studies, 101, 66-77. Gremmen, M. C., van den Berg, Y. H., Segers, E., & Cillessen, A. H. 2016. Considerations for classroom seating arrangements and the role of teacher characteristics and beliefs. Social Psychology of Education, 194, 749-774. Marx, A., Fuhrer, U., & Hartig, T. 1999. Effects of classroom seating arrangements on children's question-asking Pengaruh pengaturan tempat duduk di kelas pada anak-anak mengajukan pertanyaan. Learning Environments Research, 23, 249-263. Sommer, R. 1977. Classroom layout Tata Letak Ruang Kelas. Theory into Practice, 163, 174-175.
15 Atur dan susunlah tempat duduk siswa jangan atur siswanya, karena siswa pasti duduk di tempat duduk, sementara kalau yang diatur siswanya akan terjadi keributan dalam kelas. 16. Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan keperluan untuk belajar siswanya bukan untuk pidato gurunya. Karena yang akan belajr adalah siswa bukan guru. 17.
Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kelas oleh para dewan guru yang menjadi wali kelas dalam hal pengaturan tempat duduk siswa dapat dilihat dari denah tempat duduk siswa, formasi tempat duduk siswa, dan perubahannya untuk menghidari kejenuhannya. 1 Penataan Meja murid dan meja guru. Pengaturan ruang kelas seperti penataan meja murid dan meja guru sangat penting untuk kelancaran komonikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun yang berperan dalam hal ini adalah seluruh wali kelas. Berdasarkan hasil obeservasi penulis bahwa ruangan tempat belajar siswa di MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin adalah semi permanen dengan ukuran kelas masing-masing 8 x 9 meter. Di atas setiap lantai ruangan terdapat meja dan kursi siswa yang tersusun rapi dan berjajar dari muka kebelakang, sedangkan pada sudut kiri muka kelas terdapat meja dan kursi guru serta di sudut kanan muka kelas terdapat pintu untuk keluar masuk guru dan murid, ini terdapat pada hampir semua kelas dari kelas VII sampai kelas IX kecuali kelas VIII d, karena meja dan kursi guru terletak di bagian depan kanan dan pintu untuk keluar masuk guru dan murid terletak di bagian kiri depan ini menunjukkan bahwa komunikasi antara guru dan murid di saat pembelajaran berlangsung sangat lancar. 2 Penataan Jumlah anak siswa. Kemudian penataan jumlah anak siswa dalam kelas harus di perhatikan. para dewan guru yang menjadi wali kelas harus bisa menyesuaikan dengan besarnya ruangan kelas tersebut karena apabila jumlah siswa yang terlalu banyak dengan ruangan kelas yang agak sempit maka akan menimbulkan ketidak nyamanan dalam belajar. Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa jumlah siswa dalam setiap kelas terdapat lebih dari 30 siswa. hal ini dikaranakan banyaknya minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin, sehingga jumlah siswa pada masing-masing ruangan kelas sedikit kurang sesuai dengan luas ruangan kelas yang ada. 3 Jumlah siswa dalam setiap kelompok. Kemudian pengaturan jumlah siswa dalam setiap kelompok agar tercipta suasana kelas yang baik juga perlu diperhatikan. Hal ini bertujuan supaya guru atau wali kelas dapat mengontrol tingkah laku siswa di dalam kelas. Berdasarkan dari hasil observasi yang penulis lakukan, hampir pada setiap kelas terdapat 10 orang dalam setiap kelompok hal ini menunjukkan banyaknya siswa dalam setiap kelas. 4 Jumlah kelompok dalam setiap kelas. Penataan jumlah kelompok dalam setiap kelas harus disesuaikan dengan ruangan kelas sehingga guru memiliki akses untuk berkeliling mengontrol siswa. Berdasarkan dari hasil observasi penulis, bahwa pada setiap kelas terdapat 4 kelompok siswa dengan posisi tempat duduk berbaris kebelakang. 5 Susunan tempat memungkinkan untuk di ubah-ubah. Kemudian penataan susunan tempat duduk untuk menambah gairah belajar siswa, guru dapat merubah formasi tempat duduk untuk menghindari terjadinya kejenuhan dalam belajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan para wali kelas hanya kadang-kadang saja merubah tempat duduk siswa untuk menghilangkan kejenuhan, karena kondisi ruangan dengan jumlah murid banyak, sehingga sulit untuk mengubah-ubah susunan tempat duduk, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tebel berikut Susunan tempat duduk No KATEGORI Skor F P 1 Sangat memungkinkan 4 - - 2 Cukup memungkinkan 3 10 83,33 3 Kurang memungkinkan 2 - - 4 Tidak memungkinkan 1 2 16,66 JUMLAH 12 100% Bedasarkan tabel di atas yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, menunjukkan bahwa dari 12 ruangan kelas yang ada, hanya 2 kelas yang tidak memungkinkan susunan tempat duduknya diubah-ubah karena jumlah siswanya yang terlalu banyak 40 siswa, dan 10 ruangan lainnya cukup memungkinkan susunan tempat duduknya di ubah-ubah karena jumlah siswanya yang 38 siswa, adapun formasi yang paling sering digunakan adalah posisi berbaris kebelakang, namun tidak merubah kemungkinan untuk mengubah tepat duduk siswa, karena itu bisa disesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan guru, misalnya apabila guru menggunakan metode diskusi, maka formasinya bisa saling berhadapan dan bila metode ceramah yang digunakan maka formasi tempat duduknya berberis kebelakang. 6 Komposisi siswa dalam kelompok. Pengaturan komposisi siswa dalam kelompok berdasarkan siswa yang berbadan kecil dan berbadan besar, anak yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Agar tidak ada kesenjangan antar setiap kelompok. Bedasarkan dari hasil observasi yang penulis lakukan menunjukkan bahwa semua ruangan kelas yang berjumlah 12 ruangan kelas yang ada, semuanya cukup baik pengaturannya dalam mengkomposisi siswa dalam setiap kelompok karena wali kelas tidak terlibat dalam pengaturan kelas tersebut dan ini semua diserahkan kepada siswanya atau ketua kelas selaku tangan kanan wali kelas. b. Pengaturan Alat-alat Pengajaran. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan kelas oleh para dewan guru yang menjadi wali kelas dalam hal pengaturan alat pengajaran dapat dilihat dari ada tidaknya perpustakan kelas, media pengajaran / alat-alat peraga, dan papan presensi di setiap kelas tersebut, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari uraian berikut 1 Perpustakaan kelas. Perpustakaan kelas merupakan indikator sekolah yang maju. Oleh karena itu perpustakaan kelas perlu diperhatikan keberadaannya. Dari hasil observasi yang penulis lakukan di ketahui bahwa dari 12 ruangan kelas yang penulis amati dalam penelitian ini semuanya dinyatakan tidak ada memiliki perpustakaan kelas, walau pun ada buku paket dan buku-buku pelajaran di kelas itu hanya beberapa buku-buku-buku-buku penunjang yang di letakan di lemari buku yang ada di depan kelas. Akan tetapi dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap dewan guru dan tata usaha, di MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin ini memiliki 1 Buah ruangan khusus untuk perpustakaan sekolah, sehingga apabila siswa ingin belajar, atau mencari bahan pelajaran bisa pergi ke Perpustakaan Sekolah. 2 Alat-alat peraga. Selanjutnya sekolah yang maju mestinya memiliki alat-alat peraga yang di letakkan di setiap kelas, agar memudahkan dalam penggunaannya di saat pembelajaran di kelas berlangsung. Berdasarkan dari hasil observasi yang penulis lakukan di ketahui semua kelas tidak memiliki alat-alat peraga yang di letakkan di dalam kelas, akan tetapi penulis memperoleh informasi yang didapat dari hasil wawancara terhadap dewan guru bahwa MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin memiliki ruangan khusus untuk alat peraga, jadi apabila siswa memerlukan dalam sebuah pembalajaran maka guru bisa meminjamnya dari ruangan khusus tersebut dan membawanya disaat pembelajaran akan berlangsung. 3 Media pembelajaran. Media pembelajaran akan menunjang pembelajaran yang lebih bermutu. Semakin baik media pembelajaran yang ada di dalam kelas maka semakin baik pula proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan dari hasil saat melakukan observasi, penulis tidak melihat adanya media pembelajaran, baik media audio, media visual, maupun media audiovisual. Akan tetapi saat penulis melakukan wawancara dengan wali kelas, penulis menemukan informasi bahwa media pembelajaran itu ada, akan tetapi di simpan di ruangan guru, dan hanya digunakan disaat guru membutuhkan media pembelajaran, jadi guru tersebut bisa membawanya dari ruangan guru. 4 Papan tulis, kapur tulis, dan penghapus. kelas yang baik harus memiliki papan tulis / kapur tulis dan penghapusnya. Ini adalah salah satu sarana sekolah yang harus diperhatikan oleh guru yang menjadi wali kelas agar memudahkan dalam pembelajaran di kelas, adapun ukuran papan tulis harus di sesuaikan, warnanya harus kontras, dan letaknya mudah di jangkau oleh siswa. Berdasarkan dari hasil observasi yang penulis lakukan, menunjukkan bahwa seluruh kelas yang berjumlah 12 ruangan memiliki papan tulis berwarna putih berbentuk persegi panjang, papan tulis tersebut diletakkan di bagian depan ruangan, dekat dengan meja dan kursi guru dan mudah dijangkau, serta satu buah penghapus dan beberapa sepidol yang di letakkan diatas meja guru. 5 Papan presensi siswa. Papan Presensi siswa hendaknya tersedia untuk masing-masing ruangan kelas yang fungsinya untuk menulis nama siswa yang tidak hadir di kelas. Berdasarkan dari hasil observasi yang penulis lakukan di MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin penulis tidak menemukan papan persensi siswa, dan ini menunjukkan bahwa papan presensi tidak berfungsi sebagai mana mestinya, akan tetapi berdasarkan dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap guru, apabila ada siswa yang berhalangan hadir, seperti sakit atau keadaan darurat yang menyebabkan siswa tersebut tidak dapat masuk sekolah, maka guru akan memulisnya di dalam buku absen kelas yang di letakkan di dalam laci guru atau menulisnya di dalam buku absen pegangan guru tersebut. c. Pengaturan keindahan dan kebersihan kelas. Keindahan dan kebersihan ruangan kelas perlu kita perhatikan dalam mengelola subuah kelas, karena dengan kelas yang bersih dan indah maka akan terciptalah suasan yang nyaman sehingga dapat menambah semangat dan gairah anak didik dalam belajar di kelas tersebut. 1 Hiasan dinding. Hiasan dinding dalam suatu ruangan kelas sangat di perlukan agar kelas tersebut terlihat hidup, akan tetapi tidak semua hiasan dinding yang bisa di letakkan di dalam sebuah kelas, karena hiasan dinding yang ada di dalam kelas hendaknya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, oleh sebab itu dewan guru yang menjadi wali kelas hendaknya memperhatikan hiasan dinding yang ada di kelasnya masing-masing, apakah hiasan tersebut berhubungan dengan pelajaran atau tidak, untuk lebih jelasnya bagaimana pengaturan hiasan dinding yang ada di kelasnya masing-masing maka dapat dilihat pada tebel berikut ada tidaknya hiasan dinding yang berhubungan dengan pelajaran pada masing-masing kelas. No KATEGORI Skor F P 1 Sangat berhubungan 4 7 58,33 2 Cukup berhubungan 3 5 41,66 3 Kurang berhubungan 2 - - 4 Tidak berhubungan 1 - - JUMLAH 12 100% Tabel di atas yang di peroleh dari hasil observasi penulis menunjukkan bahwa semua kelas memiliki hiasan dinding, akan tetapi hanya 7 ruangan kelas yang hiasan dindingnya sangat berhubungan, artinya semua hiasan dinding yang ada di 7 ruangan tersebut semuanya bisa di manfaatkan untuk kepentingan pengajaran, kemudian 5 ruangan lainnya sebagian saja yang berhubungan dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran karena kurangnya pengawasan dari guru. 2 Penempatan lemari buku. Lemari untuk meletakkan buku atau menyimpan buku hendaknya diletakkan di depan ruangan kelas agar mempermudah siswa untuk meletakkan buku pelajaran atau Al Qur’an setelah membacanya, dan sekolah yang maju memiliki lemari untuk buku dan lemari untuk alat peraga agar memudahkan anak didiknya dalam belajar. Untuk mengetahui ada tidaknya lemari untuk buku di dalam kelas dam bagaimana pengaturan yang di lakukan oleh wali kelas, dapat lihat pada tebel berikut lemari buku diletakkan di depan No KATEGORI Skor F P 1 Sangat Baik 4 10 83,33 2 Cukup Baik 3 - - 3 Kurang Baik 2 - - 4 Tidak Baik 1 2 16,66 JUMLAH 12 100% Berdasarkan tebel di atas yang diperoleh dari hasil observasi menunjukkan bahwa dari 12 ruangan kelas, hanya 10 ruangan yang memiliki lemari untuk meletakkan buku atau Al Quran. Dan ada 2 ruangan kelas yang masih belum memiliki lemari tesebut. 3 lemari alat peraga. Alat-alat peraga dibutuhkan disaat pembelajaran berlangsung di dalam kelas, misalnya seperti globe, peta, replika tubuh manusia dan lain-lain, alat peraga tersebut bisa di letakkan di dalan lemari khusus untuk penyimpanan alat peraga yang di letakan di dalam kelas agar memudahkan siswa dalam menggunakanya. Berdasarkan dari hasil observasi yang penulis lakukan menunjukkan bahwa dari 12 ruangan semuanya tidak memiliki lemari untuk meletakkan alat peraga akan tetapi berdasarkan dari hasil wawancara penulis memperoleh informasi apabila guru dalam sebuah pembelajaran ingin menggunakan alat peraga, maka guru tersebut bisa meminjamnya dari ruangan khusus untuk penyimpanan alat peraga tersebut. 4 Jadwal kebersihan kelas. Kebersihan ruangan kelas juga harus diperhatikan karena dengan kelas yang bersih akan terciptalah kenyamanan dan semangat untuk belajar dikelas tersebut, dan ini dapat dilihat dengan adanya jadwal kebersihan kelas di setiap kelasnya masing-masing. Berdasarkan dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap responden yakni dewan guru yang menjadi wali kelas bahwa pada setiap kelas sudah terbentuk daftar kebersihan kelas yang dikordinir oleh ketua kelas melalui intruksi wali kelas, dan ini dikuatkan dengan hasil observasi penulis sendiri, bahwa di setiap kelas sudah terdapat daftar kebersihan kelas dan siswa bergantian membersihkan kelas tersebut sesuai dengan daftar tugas membersihkan kelasnya masing-masing. d. Ventilasi dan Tata Cahaya. Ventilasi dan tata cahaya di dalam kelas juga harus diperhatikan, karena dengan adanya cahaya yang masuk kedalam kelas serta udara yang cukup akan membuat pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas menjadi nyaman. Begitu pula sebaliknya apabila di dalam kelas terlihat gelap dan udara pengap maka kegiatan belajar mengajar akan terganggu. 1 Ventilasi. Ventilasi di dalam setiap kelas harus diperhatikan agar udara yang mesuk dalam kelas cupuk sehingga siswa yang ada di dalam kelas tidak panasan untuk mengetahui keadaan ventilas yang terdapat di dalam kelas bisa kita lihat tabel berikut Pengaturan Ventilasi di dalam ruangan kelas No KATEGORI Skor F P 1 Sangat baik 4 9 75 2 Cukup baik 3 3 25 3 Kurang baik 2 - - 4 Tidak baik 1 - - JUMLAH 12 100% Berdasarkan tabel di atas yang di peroleh dari hasil observasi yang penulis lakukan di MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin diterangkan bahwa dari 12 ruangan yang ada, terdapat 9 ruangan kelas yang Ventilasinya sangat baik dan ventilasinya terdapat di bagian kiri dan kanan sehingga udara yang masuk sangat baik. Kemudan terdapat 3 ruangan kelas yang ventilasinya cukup baik itu di karenakan ventilasi pada ruangan tersebut agak tinggi dan sedikit tertutup dengan bangunan rumah penduduk di belakang sekolah. 2 Tata cahaya. Tata cahaya di dalam kelas sangat perlu di perhatikan karena dengan adanya cahaya yang masuk kedalam kelas, menjadikan siswa lebih nyaman dalam beroses belajar. Untuk mengetahui bagaimana tata cahaya yang masuk pada masing-masing-masing ruangan bisa kita lihat pada tabel berikut Tabel . keadaan cahaya yang masuk. No KATEGORI Skor F P 1 Sangat baik 4 8 66,66 2 Cukup baik 3 1 8,33 3 Kurang baik 2 3 25 4 Tidak baik 1 - - JUMLAH 12 100% Berdasarkan tabel di atas yang di peroleh dari hasil observasi yang penulis lakukan di MTsN Banjar Selatan 2 Banjarmasin, dari 12 ruangan kelas, ada 8 ruangan kelas yang tata cahaya yang masuk bisa dikatakan sangat baik dan keadaan kelas tersebut sangat terang sehingga siswa merasa nyaman dalam belajar, dan ada 1 kelas yang dikatakan cukup baik karena 1 ruangan tersebut jendelanya hanya dibagian sebelah kanan saja sehingga cahaya yang masuk tertumpu dibagian sebelah kanan. Dan terdapat 3 ruangan yang pencahayaannya kurang baik karena ke 3 ruangan tersebut letak jendelanya agak lebih tinggi dan pada jendela begian kanan agak tertutup dengan bangunan rumah penduduk yang ada di belakang sekolah sehingga ruangan tersebut agak sedikit gelap.
kelas diharapkan siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajaran dan akan bekerja secara efektif. Pengaturan fasilitas yang dilakukan guru SLB meliputi: a. Pengaturan tempat duduk siswa Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka.
8 Pola Tempat Duduk Siswa Dalam Kelas. Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa ciri, antara lain menuntut siswa untuk aktif dan kreatif menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar, dan bekerja dalam kelompok. Ciri tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki kontribusi dalam pengembangan kreativitas siswa secara maksimal. Pebelajaran kontekstual menuntut adanya kelas yang kondusif, yaitu kelas yang dapat menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk belajar. Penataan lingkungan kelasnya mendukung hal itu. Di antara lingkungan kelas yang dibutuhkan adalah pengaturan meja-kursi siswa, penataan sumber dan alat bantu belajar, dan penataan pajangan hasil karya siswa. Dalam hal penataan meja-kursi siswa, paling sedikit harus memenuhi 4 kriteria 1 Mobilitas, untuk memudahkan siswa dalam bergerak dari satu tempat ke tempat lain, 2 Aksesibilitas, berarti memudahkan siswa dalam mengakses sumber dan alat bantu belajar, 3 Interaksi, berarti memudahkan siswa dalam berinteraksi dengan sesama teman dan atau gurunya, dan 4 Variasi kegiatan, berarti memudahkan siswa dalam melakukan berbagai kegiatan yang beragam, misalnya berdiskusi, melakukan percobaan, dan presentasi. Ada banyak pola pengaturan tepat duduk yang mendukung pembelajaran kontekstual atau PAIKEM. Pola tempat duduk ini berbeda dengan pengaturan konvensional yang lebih mirip kursi bus kota atau bioskop. Berikut ini 8 Pola Tempat Duduk Siswa Dalam Kelas untuk menunjang pembelajaran PAIKEM atau kontekstual 1. Formasi Huruf U Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Guru dapat menyusun meja dan kursi dalam format U sebagai berikut; Selain model di atas, formasi U berikut ini memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah. Demikian 8 Pola Tempat Duduk Siswa Dalam Kelas. Untuk pola yang lain, tunggu saja tulisan berikutnya. Bag. 1, 2, 3, 4 Baca juga 3 Upaya Optimalisasi Pengelolaan Zakat UN Itu Tentang Kejujuran, Bukan Kelulusan Siswi Hamil dan Tahanan Tetap Berhak Ikut Ujian Nasional
Dalampengaturan tempat duduk siswa sangatlah penting untuk dapat memungkinkan terjadinya tatap muka, dimana dengan demikian guru sekaligus dapat Bagaimana pengaruh pengaturan ruang kelas ini dalam meningkatkan prestasi belajar dapat menciptakan kondisi belajar yang efektif ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaturan ruang kelas
Pengaturantempat duduk siswa setidaknya dapat menghilangkan rasa jenuh, bosan, dan hal-hal lainnya yang membuat siswa merasa tidak nyaman dengan posisi tempat duduknya. Disisi lain, tujuan utama format tempat duduk itu tak lain untuk menciptakan rasa nyaman saat KBM. Dan dalam membuat layout tempat duduk sisiwa, setidaknya ada 4 hal yang mesti diperhatikan: Aksesibilitas, yaitu siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia. Mobilitas, yaitu siswa dan guru mudah bergerak dari
Abstrak Artikel ini membahas bagaimana pengelolaan kelas terhadap penataan posisi tempat duduk yang dapat mempengaruhi perilaku peserta didik yang sering berjalan-jalan di kelas. Pengaturan
Polaseperti ini adalah yang paling banyak diterapkan di kelas-kelas. Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini sangat baik untuk pengajaran formal. siswa duduk secara berderet menghadap ke papan tulis dan guru. Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa adalah guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode
Pengaturantempat duduk adalah peristiwa pengaturan kelas yang penting karena memiliki potensi untuk membantu mencegah perilaku bermasalah yang mengurangi perhatian siswa dan mengurangi waktu pengajaran yang tersedia. Bagaimana Kenyamanan memengaruhi pembelajaran? Mengapa mengutamakan kenyamanan dalam desain ruang belajar? Ketika siswa secara fisik nyaman, mereka lebih nyaman: Mereka dapat bersantai, memblokir pikiran negatif dan fokus lebih efektif pada instruksi.
2 Accesibility (mudah dicapai) Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja. 3.
EUCHj.